NURHANDOKO WIYOSO/PRLM
BANJAR, (PRLM).-
Kawasan persawahan terdampak longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Cibeureum, di Dusun Babakan, Desa Cibeureum, Kecamatan/Kota Banjar
terancam kekeringan. Kuatnya desakan longsoran sampah tidak hanya
menjebol tembok keliling yang baru selesai dikerjakan, serta menutup
saluran air.
Pantauan di TPA Cibeureum, Senin (22/2/2016) selain tembok setinggi
lima meter jebol, sebagian material sampah menimpa persawahan yang
berada di bawahnya. Areal persawahan yang berada di sisi barat timbunan
material sampah tampak masih banyak air. Sebaliknya persawahan yang
berada di sisi timur tanahnya tampak mulai kering.
Beberapa petani yang sawahnya berada di sisi sebelah barat, tampak
masih memelihara tanaman padinya yang rata-rata berumur 15 hari.
Sedangkan yang di sisi sebelah timur, praktis tidak ada aktivitas.
"Sejak longsor hari Sabtu (13/2/2016) sampai sekarang tidak ada
pasokan air, karena saluran air tertimbun sampah. Hanya mengandalkan air
hujan saja. Sekarang mulai kering, jika dua hari ini tidak turun
hujan, tanah sawah mulai retak," ungkap Zainudin, petani Cibeureum.
Pemilik sawah seluas 125 bata yang terkena dampak longsor itu
mengungkapkan, bersama dengan petani lainnya sudah berupaya mengalirkan
air dengan pipa. Akan tetapi, sampai saat ini air belum bisa mengalir
sampai persawahan.
"Kami sudah tiga hari berusaha mengalirkan air ke persawahan yang
semakin kering, akan tetapi air tetap belum mengucur ke sawah. Pipanya
memang dari pihak TPA, akan tetapi pemasangannya sendiri," ungkapnya.
Didampingi petani lainnya, Karso, dia mengatakan pipa yang dipasang
untuk mengalirkan air dari sumber saluran air sudah mencapai panjang 50
meter, akan tetapi masih belum bisa mengalirkan air. Menurut Zainudin,
tanpa ada pasokan air, persawahan yang baru 20 hari ditanami padi, bakal
kekeringan.
"Memang tanaman padi bukan tanaman air, akan tetapi butuh banyak air.
Kalau tiga hari lagi tidak hujan, tanah sawah bakal retak, akibat
pertumbuhan tanaman tidak maksimal," jelasnya.
Dia mengaku sudah mengeluarkan baiaya sebesar Rp 300.000 untuk
mengolah sawah. Biaya tersebut untuk sewa traktor pengolah tanah, biaya
tanam dan kebutuhan lain. Apabila dalam kondisi normal, sawahnya mampu
menghasilkan 700 kilogram (7 kwintal) gabah kering giling (GKG).
"Dengan kondisi sekarang ini, hasil panennya pasti turun. Waktu
kejadian longsor pertama setahun lalu, ada bantuan. Saat itu produksi
turun, hanya panen 4 kwintal. Bantuan lebih banyak hanya untuk sawah
yang tertimpa material sampah," ungkapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, hujan deras yang mengguyur Kota
Banjar, mengakibatkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Dusun
Babakan Desa Cibeureum Kecamatan Banjar kembali longsor, Sabtu
(13/2/2016). Kuatnya longsor mengakibatkan sebagian tembok penahan
sampah setinggi lima meter yang baru selesai dibangun jebol. Material
sampah menimbun persawahan. (nurhandoko wiyoso/A-88)***
Pipahdpe.id ~> Menjual berbagai pipa hdpe di tangerang selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar