Senin, 22 Februari 2016

Persawahan Terdampak Longsor TPA Cibeureum Terancam Kekeringan

NURHANDOKO WIYOSO/PRLM
DUA petani istirahat di bawah pohon seraya melihat hamparan persawahannya yang terancam kering akibat tidak mendapat pasokan air, Senin ( 22/2/2016). Saluran air yang mengairi persawahan terdampak longsornya Tempat pembuangan Akhir (TPA) Cibeureum, di Desa Cibeureum, Kecamatan/Kota Banjar, berada di sisi sebelah timur timbunan material sampah yang menimbun persawahan, hingga mengubur saluran air sejak Sabtu (13/2/2016).* 
 
pipa hdpe
 
 BANJAR, (PRLM).- Kawasan persawahan terdampak longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cibeureum, di Dusun Babakan, Desa Cibeureum, Kecamatan/Kota Banjar terancam kekeringan. Kuatnya desakan longsoran sampah tidak hanya menjebol tembok keliling yang baru selesai dikerjakan, serta menutup saluran air.

Pantauan di TPA Cibeureum, Senin (22/2/2016) selain tembok setinggi lima meter jebol, sebagian material sampah menimpa persawahan yang berada di bawahnya. Areal persawahan yang berada di sisi barat timbunan material sampah tampak masih banyak air. Sebaliknya persawahan yang berada di sisi timur tanahnya tampak mulai kering.
Beberapa petani yang sawahnya berada di sisi sebelah barat, tampak masih memelihara tanaman padinya yang rata-rata berumur 15 hari. Sedangkan yang di sisi sebelah timur, praktis tidak ada aktivitas.

"Sejak longsor hari Sabtu (13/2/2016) sampai sekarang tidak ada pasokan air, karena saluran air tertimbun sampah. Hanya mengandalkan air hujan saja. Sekarang mulai kering, jika dua hari ini tidak turun hujan, tanah sawah mulai retak," ungkap Zainudin, petani Cibeureum.

Pemilik sawah seluas 125 bata yang terkena dampak longsor itu mengungkapkan, bersama dengan petani lainnya sudah berupaya mengalirkan air dengan pipa. Akan tetapi, sampai saat ini air belum bisa mengalir sampai persawahan.

"Kami sudah tiga hari berusaha mengalirkan air ke persawahan yang semakin kering, akan tetapi air tetap belum mengucur ke sawah. Pipanya memang dari pihak TPA, akan tetapi pemasangannya sendiri," ungkapnya.

Didampingi petani lainnya, Karso, dia mengatakan pipa yang dipasang untuk mengalirkan air dari sumber saluran air sudah mencapai panjang 50 meter, akan tetapi masih belum bisa mengalirkan air. Menurut Zainudin, tanpa ada pasokan air, persawahan yang baru 20 hari ditanami padi, bakal kekeringan.

"Memang tanaman padi bukan tanaman air, akan tetapi butuh banyak air. Kalau tiga hari lagi tidak hujan, tanah sawah bakal retak, akibat pertumbuhan tanaman tidak maksimal," jelasnya.

Dia mengaku sudah mengeluarkan baiaya sebesar Rp 300.000 untuk mengolah sawah. Biaya tersebut untuk sewa traktor pengolah tanah, biaya tanam dan kebutuhan lain. Apabila dalam kondisi normal, sawahnya mampu menghasilkan 700 kilogram (7 kwintal) gabah kering giling (GKG).

"Dengan kondisi sekarang ini, hasil panennya pasti turun. Waktu kejadian longsor pertama setahun lalu, ada bantuan. Saat itu produksi turun, hanya panen 4 kwintal. Bantuan lebih banyak hanya untuk sawah yang tertimpa material sampah," ungkapnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, hujan deras yang mengguyur Kota Banjar, mengakibatkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Dusun Babakan Desa Cibeureum Kecamatan Banjar kembali longsor, Sabtu (13/2/2016). Kuatnya longsor mengakibatkan sebagian tembok penahan sampah setinggi lima meter yang baru selesai dibangun jebol. Material sampah menimbun persawahan. (nurhandoko wiyoso/A-88)***

Pipahdpe.id ~> Menjual berbagai pipa hdpe di tangerang selatan
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar